Dalam tradisi Katolik, Pintu Suci melambangkan jalan menuju keselamatan – jalan menuju kehidupan baru dan kekal yang telah dibuka bagi umat manusia oleh Yesus. Pintu ini juga menjadi simbol pintu masuk menuju belas kasih Tuhan – tindakan tertinggi dan paling agung di mana Dia menjumpai umat manusia. Pintu gereja menandai batas antara yang sakral dan yang duniawi, memisahkan Gereja (di dalam) dari dunia luar.
Namun yang terpenting, Pintu Suci melambangkan Kristus sendiri – satu-satunya jalan menuju kehidupan kekal. Seperti yang Yesus katakan dalam Injil Yohanes 10:9: "Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput."
Selain itu, Yesus juga menyatakan dalam Yohanes 14:6: "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Kristus-lah Sang Pintu Suci sejati yang mengarahkan kita pada satu-satunya jalan menuju kehidupan abadi. Pintu ini mengundang kita untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Yesus, bukan untuk meninggalkan Dia.
Dengan memahami makna simbolis Pintu Suci, kita menyadari bahwa dengan ziarah dan melewati Pintu Suci, kita diajak untuk bertemu dengan Yesus dan menemukan hidup di dalam diri-Nya.
Pertemuan dengan Yesus digambarkan dengan masuk ke dalam gedung Gereja, dan setiap pertemuan dengan Yesus akan mengubah hidup kita. Sama seperti para Majus yang kembali ke negeri mereka melalui jalan lain setelah bertemu Yesus (bdk. Mat 2:12), demikian pula kita dipanggil untuk meninggalkan cara hidup lama kita. Kita diperbarui untuk semakin menyerupai Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa kita masuk melalui Pintu Suci, tetapi tidak keluar melalui pintu yang sama. Hal ini melambangkan transformasi hidup kita setelah bertemu dengan Yesus. Kita tidak hanya mengunjungi Gereja untuk mencari Tuhan, tetapi juga keluar ke dunia sebagai saksi-Nya, dengan hidup yang telah diperbarui oleh kasih dan rahmat-Nya.
-Tim Yubileum Paroki Bojong Indah
Dalam rangka merayakan Tahun Yubileum 2025, Paroki Bojong Indah mempersembahkan sebuah inisiatif menarik berupa paspor kunjungan. Paspor ini dirancang sebagai kenang-kenangan serta alat bantu bagi umat dalam mendokumentasikan perjalanan rohani mereka. Namun, penting untuk dipahami bahwa paspor ini bukan merupakan syarat utama dalam memperoleh Indulgensi, melainkan hanya sebagai tambahan yang bersifat opsional.
Makna Yubileum dan Indulgensi
Tahun Yubileum adalah waktu istimewa dalam tradisi Gereja yang mengajak umat untuk memperbaharui iman, bertobat, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Tema Yubileum 2025, Spes Non Confundit (Harapan Tidak Mengecewakan), menekankan bahwa harapan dalam Tuhan menjadi sumber kekuatan dan penghiburan dalam perjuangan hidup sehari-hari.
Indulgensi sendiri merupakan penghapusan hukuman sementara akibat dosa-dosa yang telah diampuni melalui Sakramen Rekonsiliasi. Indulgensi ini merupakan anugerah besar dalam Tahun Yubileum yang mencerminkan sifat tak terbatas dari kerahiman Allah.
Ketentuan Indulgensi dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)
Menurut panduan resmi Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), umat beriman dapat memperoleh Indulgensi Penuh dengan memenuhi beberapa syarat utama berikut:
Melakukan ziarah ke 9 gereja di 9 dekenat yang ada di KAJ, baik secara pribadi, bersama keluarga, atau komunitas.
Menerima Sakramen Tobat selama Tahun Yubileum 2025.
Mengikuti Misa Kudus secara tekun pada hari Minggu dan Hari Raya.
Mendoakan intensi Bapa Suci Paus, termasuk doa Bapa Kami, Salam Maria, dan doa lainnya sesuai devosi pribadi.
Melakukan perbuatan amal dan belas kasih, seperti mengunjungi orang sakit, lansia, tahanan, atau mereka yang membutuhkan.
Bagi umat yang tidak dapat melakukan ziarah secara fisik (misalnya karena sakit, lanjut usia, atau keterbatasan lainnya), mereka tetap dapat memperoleh Indulgensi Penuh dengan berdoa dari tempatnya masing-masing, termasuk doa Bapa Kami, Pengakuan Iman (Credo), dan doa Rosario.
Selain itu, semua Paroki di KAJ membuka Porta Sancta (Pintu Suci), yang memungkinkan umat untuk berpartisipasi dalam perayaan Yubileum dengan memilih rute yang ideal menurut peziarah. Setelah melewati Porta Sancta, peziarah diajak untuk berdoa yubileum dan intensi Bapa Suci serta dapat memberikan persembahan kasih untuk gereja yang dikunjungi.
Paspor: Sarana Pendukung, Bukan Keharusan
Paspor kunjungan yang diterbitkan Paroki Bojong Indah hadir sebagai bentuk apresiasi dan dukungan bagi umat yang ingin memiliki dokumentasi pribadi atas ziarah mereka. Dengan adanya paspor ini, umat dapat mencatat gereja yang telah mereka kunjungi dan melihat progres perjalanan spiritual mereka selama Tahun Yubileum.
Namun, keberadaan paspor ini tidak menentukan sah atau tidaknya Indulgensi. Indulgensi sepenuhnya bergantung pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh KAJ, sebagaimana dijelaskan di atas dan juga disposisi batin saat menjalaninya.
Fokus pada Esensi Yubileum
Yang terpenting dalam perayaan Yubileum bukanlah sekadar dokumen fisik atau formalitas administratif, tetapi perjalanan iman yang mendalam. Ziarah bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan rohani yang membawa umat semakin dekat dengan Tuhan. Umat diundang untuk menjadikan Yubileum ini sebagai kesempatan untuk memperbaharui diri, bertobat, dan menghidupi semangat belas kasih dalam keseharian mereka.
Dengan demikian, paspor kunjungan adalah alat bantu yang dapat digunakan oleh umat yang menginginkannya, tetapi bukan syarat mutlak dalam memperoleh rahmat Yubileum. Yang utama adalah menjalani ziarah ini dengan hati yang tulus, menaati ketentuan yang telah ditetapkan oleh KAJ, serta menumbuhkan harapan dan kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga setiap langkah dalam perjalanan Yubileum ini membawa kita semakin dekat dengan kasih dan kerahiman Tuhan.